“Di Brazil, Japan, India, China, Indonesia,
Israel dan United Arab Emirates. Musik Metal lahir dan berkembang dipengaruhi
oleh sebuah konsep syiar dan propaganda yang berakar pada sosial, budaya,
politik, seni tradisi, moralitas, kepercayaan dan relegiusitas dimana setiap
negara mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.”
Fenomena di atas
merupakan wujud dari sebuah konsep musik metal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya setempat. Musik metal tidak hanya berkembang pada sebuah
ideologi saja, akan tetapi musik metal berkembang melahirkan sebuah sub genre
salah satunya adalah musik Black Metal.
Kelompok musik
makam yang berada di kota Surakarta merupakan kelompok musik black metal dengan
mengusung konsep sebuah ideologi pagan Jawa dan ajaran Jawa. Ideologi musik
makam merupakan sebuah warisan kepercayaan spiritual asli dari nenek moyang
suku Jawa. Ajaran Kedjawen Kabuyutan Hangajawi atau Kahayuangan merupakan salah
satu kepercayaan spiritual yang dianut oleh para nenek moyang asli suku Jawa
pada jaman dahulu.
Kepercayaan
Kedjawen Kabuyutan Hangajawi atau Kahayuangan sebuah religiusitas kepercayaan
nenek moyang Jawa yang mengajarkan pada hal mengenai cinta terhadap alam,
penyeimbangan tentang alam dan kepercayaan spiritual bahwa alam mempunyai kekuatan
tersendiri. Dalam hal ini, kepercayaan ini dalam spritualnya masih menganggap
bahwa Tuhan sebagai penguasa jagad raya. Tentunya dalam konteks ini menjadi
sangat menarik untuk dipertanyakan ketika sebuah konsep ideologi sejati asli
black metal dari barat berbeda dengan berkembangnya black metal yang ada di
Indonesia khususnya Jawa, Surakarta: “mengapa kelompok makam memilih jalur
musik black metal untuk mensyiarkan kepercayan asli warisan nenek moyang Jawa?”.
Dilihat dari segi
eksistensinya, Makam merupakan kelompok musik yang tua dan produktif dalam
penciptaan karya musik metal khususnya di jalur musik black metal. Para
musisinya berusaha mencetuskan warna baru di dalam dunia musik black metal,
warna tersebut tercermin pada unsur-unsur komposisi musik dan konsep-konsep
yang diangkatnya melalui kelompok makam. Dari beberapa karyanya, konsep
komposisi musik etnik nusantara ikut terlibat dalam komposisi musik makam.
Salah satu unsur musik etnik Jawa menjadi bagian dari komposisi musikal dalam
penciptaan karya black metal makam tersebut
Teks musikal yang
terdapat pada komposisi musik black metal kelompok makam, merupakan
representasi dari konsep-konsep ajaran Jawa dan pagan Jawa yang diusung dalam
bermusik makam. Tidak hanya teks musikal, dalam karya teks musikal makam
tersebut terdapat sebuah penyisipan mantram-mantram yang berisikan tentang
kekuatan alam.
Konsep teks musikal
yang tersirat dalam karya lagu-lagu Makam tidak hanya mengangkat tentang
kekuatan alam saja, akan tetapi dalam teks musikal tersebut terdapat beberapa
lagu yang menyikapi tentang fenomena-fenomena yang terjadi di jaman global ini.
Seperti halnya mengenai terjadinya sebuah dekadensi moral yang dilakukan oleh
para penghayat monoteis agama-agama samawi yang berusaha untuk mematikan budaya
asli suku Jawa . dalam hal ini, grup band makam menyebutnya soft power infation
. oleh karena itu, kelompok ini mengatakan dengan tegas bahwa mereka adalah
kedjawen pagan front yang menyuarakan dan mensyiarkan mengenai anti
in-culturasi resisten .
Asal Usul
Awal mulanya
kelompok band ini bernama Sucker Grave. Di dalam kelompok ini pada awalnya
belum ada konsep mengenai idiologi pagan Jawa dan aturan Jawa, hanya sebatas
bermain metal apa adanya saja. Dalam proses perjalananya, seorang vokalis
bernama Jiwo menggantikan kedudukan vokalis pertama yang telah hengkang dari
Sucker Grave. Setelah vokal ke dua bernama Jiwo masuk di Sucker Grave, akhirnya
sosok ini membawa pengaruh dan dampak sangat besar di kelompok ini. Perubahan
itu sangat cepat terjadi dengan bergantinya nama kelompok dan konsep idiologi
sebagai bermusiknya yang dikenal sebagai musik black metal kedjawen pagan
front.
Tepatnya pada
tanggal 28 oktober 1995 Sucker Grave dengan pengaruh sosok Jiwo sebagai ide
visioner membawa perubahan terhadap nama menjadi kelompok musik black metal
Makam. Kelompok band ini berdomisili di Jagalan Surakarta merupakan kelompok
yang mengusung genre musik black metal dengan membawa konsep kedjawen atau
pagan Jawa sebagai representasi dari bermusik makam.
Nama makam memiliki
makna maupun filosofi yang diambil dari tempat pemakaman yang berada di
Imogiri. Kata “makam” jika diartikan dengan bahasa latin satir menjadi macabre
amuleta. Bahasa latin satir macabre amuleta ini kemudian diartikan menjadi
macabre kahamurboing pati atau kang gegirisi. Kemudian amuleta yang berarti
jimat atau pajimatan. Arti dari kata macabre amuleta ini kemudian digabung dan
diartikan menjadi pajimatan kang hamurboingpati.
“Di dalam
kebudayaan masyarakat Jawa yang diwakili Mataram, terdapat sebuah tempat yang
diyakini sebagai kekuatan spiritual orang jawa yaitu pemakaman di Imogiri.
Pengertian Imogiri ini sebagai tempat pemakaman yang dikeramatkan dikarenakan
secara filosofi menyatukan trah Mataram yang terpecah dan mereka menyatu
kembali setelah mati. Pemahaman sebuah tempat tersebut kemudian kembali ke kata
macabre amuleta yang di pecah “mak” dan “am” menjadi Makam.”
Misi
Belakangan ini
masyarakat Jawa lupa akan akar budayanya seperti bahasa, aksara Jawa,
ritual-ritual kedjawen, penghormatan kepada leluhur, menghargai keseimbangan
alam, pemujaan kekuatan dewa-dewi penguasa alam beserta manifestasinya. Ritual
religiusitas asli warisan nenek moyang ini telah lama ada jauh sebelum
peradapan agama-agama monotheis, samawi dan abrahamik masuk di Jawa, namun yang
pasti keyakinan spiritualitas ini telah menjadi sukma dalam darah dan daging
anak manusia ras suku Jawa dimanapun mereka berada dan apapun keyakinan baru
mereka.
Masuknya ajaran
religiusitas monotheis ini berdampak pada terhapusnya budaya lokal yang semakin
terkikis keberadaannya. Kepedulian kelompok makam yang merasakan kepekaan
mengenai terjadinya sebuah dekadensi moral dari yang dilakukan oleh penghayat
monotheis, agama samawi yang secara tidak langsung telah berusaha untuk
mematikan budaya asli suku Jawa.
Dari
fenomena-fenomena yang dilakukan oleh penghayat agama-agama tersebut memuncul
ide visioner oleh kelompok makam, gagasan untuk menangkal usaha penghapusan
keyakinan, mengembalikan nilai-nilai tradisional, meng-counter, meng-encounter
memberi pertahanan terhadap pengaruh budaya asing ke dalam penciptaan karya di
dalam kelompok band makam. Tujuan misi kelompok makam ini adalah mencoba
melalui musik black metal sebagai panggilan jiwa untuk menghambat lajunya
pertumbuhan soft power inflation.
Penganut Pagan Jawa
Pada dasarnya
istilah Pagan adalah sebuah kepercayaan penamaan cinta alam oleh para orang
barat. Di Jawa mempunyai keyakinan sendiri yang namanya kedjawen. Kedjawen
sendiri terpecah belah menjadi berbagai banyak aliran contohnya ada kedjawen
kabuyutan, kedjawen kahayuangan, kedjawen kanoman, dan lain-lain.
Kedjawen merupakan
kepercayaan religiusitas asli warisan dari nenek moyang suku Jawa. Nilai-nilai
spiritual dalam kedjawen secara tidak langsung identik sama dengan aliran pagan
dengan kepercayaan yang ada di barat. Karena bersama-sama berjalan di negeri
ini, maka sebagai bentuk pertanggung jawaban kelompok makam atas konsep yang
diangkat dalam musik black metal makam, sebagian para personil kelompok ini
sebagai penganut ajaran pagan Jawa dan ajaran Jawa.
Sebagai penganut
pagan Jawa beserta ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, ritual diartikan
sebagai wujud mensyukuri hidupnya dimana mereka tinggal di lingkungan tersebut.
suatu contoh aktifitas dalam ajaran ini melakukan ritual Merti Bumi, Wilujengan
Nagari, makan Sirih dan ritual wisata Nocturnal yang dilakukan pada hari kamis
malam jum’at pahing dan kliwon sampai hari minggu. Ritual-ritual seperti ini
dilakukan bersama-sama dengan para penghayat kedjawen yang lain dengan dipimpin
dan direstui oleh pemangku adat sebagai jalannya ritual tersebut. Dalam hal
ini, para kelompok makam mempunyai istilah sendiri yaitu pagan front.
Sajian Pertunjukan
Makam
Dalam bentuk sajian
kelompok makam selalu berusaha mencoba memasukan unsur-unsur musik etnik
nusantara seperti memasukan instrumen di gamelan Jawa. Idium-idium instrumen
musik tradisional yang terlibat dalam komposisi musik makam seperti Gender,
Rebab, Bendhe, dan vocal gaya sindenan menjadi bagian dari komposisi musikal
dalam penciptaan karya musik black metal makam tersebut.
Konsep musikal yang
tersaji dalam kelompok makam tersebut merupakan wujud dari ide, gagasan
visioner dan konsep yang diusung band makam yaitu pagan Jawa secara luas. Dalam
hal ini, makam menghubungkan elemen budaya Jawa tidak hanya berkutat pada
religiusitas saja, akan tetapi elemen-elemen seperti kesenian lokal juga
dihubungkan dalam bermusik makam sebagai wujud atau bentuk atas pertanggung
jawaban dalam mengusung konsep kedjawen dalam bermusiknya sebagai background
atau pemanis pada komposisi musikal kelompok makam.
Pertunjukan sajian
kelompok makam merupakan bentuk dari propaganda dan syiar untuk menyuarakan
tentang kebenaran. Misalnya dalam konsep lagu-lagu makam yang akan disampaikan
adalah
“di Negara ini
telah terjadi dekadensi moral yang dilakukan oleh penghayat monoteis
agama-agama samawi yang berusaha mematikan budaya asli lokal Jawa.”
dengan
konsep-konsep bermusik makam yang melibatkan sebuah kepercayaan religiusitas
ajaran Jawa, kelompok ini selalu mengatakan dengan tegas bahwa mereka adalah
seorang Paganfront generasi terakhir dan terdepan yang mensyiarkan dan
mempropagandakan tentang kepercayaan pagan Jawa melalui musik black metal
sebagai panggilan jiwa.
Pemaknaan Teks oleh
Pencipta
Teks musikal yang
terkandung dalam kelompok makam terdapat sebuah cuplikan mantram yang
disisipkan di bagian tengah setelah teks yang berupa bahasa inggris. Ide dan
gagasan menyisipkan mantram ini muncul dari beberapa penyajian musik extreme
terutama musik black metal yang penyajian karakter vokalnya dengan cara
seolah-olah vokal menyeret dengan harapan mencoba mencapai titik kesan yang
menyatu dan memperkuat karakter penutur vokalis.
Mantram-mantram
yang digunakan oleh kelompok makam dalam pembuatannya menggunakan
refrensi-refrensi dari buku maupun jejak rekam dari penuturan personal secara
turun temurun,
“seperti halnya
mantra-mantra okultisme jawa kuno perihal semar mesem, jaran goyang atau
panglemunan misalnya yang dipastikan akan mengalami banyak kendala literasi
dari sumbernya atau bahkan didapati diferensiasi yang sangat mencolok pada
bunyi dan penulisannya. Jika mengacu kepada tafsiran bebasnya, ini lebih kepada
ungkapan memotivasi diri atau litany terapis untuk menumbuhkan rasa percaya
diri.”
Pembuatan teks
musikal di dalam lagu makam menggunakan kata-kata indah yang mempunyai kekuatan
dan menggiring orang untuk mengingat kembali arti dari judul tersebut. Fenomena
yang terjadi saat ini sudah tidak banyak dan tidak semua orang di Jawa yang
menggunakan kata-kata ini, contoh pada judul lagu makam antara lain;
kuntodruwasa atau kuntodruwoso, manikmaya marionette dll.
“Ketika mengikuti
acara ritual tahunan yang diikuti di luar agenda band seperti acara tiap malam
jum’at, ritual wisata nocturnal secara otomatis inspirasi ide itu muncul dari
keikut sertaan dalam mengikuti ritual-ritual seperti itu.”
Contoh pada karya
lagu seperti yang berada dalam kelompok makam dengan judul manikmaya marionette
yang merupakan inspirasi ide visioner yang ada pada ritual-ritual keperjayaan
Kedjawen. Dalam hal ini, karya teks manikmaya marionette sebenarnya hanyalah
sebuah litany (sejenis rapal/doa tertentu yang kata-katanya yang diungkapkan
secara sambut-menyambut pada ritual upacara makama pancaka. Contoh teks maupun
mantram pada karya lagu manikmaya marionette sebagai berikut;
MANIKAMAYA
MARIONETTE
WRATH...
DRAG KILL EMBRACE
YOU IN THE TIME
IN THE SHINE OF LUST
DID NOT THOU LOVE
THE FALL ?
THY KNOCKED THE
SHORE WITH SIN
O THY MAJESTY
WISPERING
THOU SHALL NOT ME
LEAVING
SHARE ME ON SIN ...
BREAST FEEDING
THOU RULE ON FEVER
THOU EVERLASTING
FIRE FOREVER
FATHER OF SEED
STAY AWAKE AND HAIL
FOR THE GRAND
THOU RULE ON FEVER
THOU EVERLASTING OF
LIFE
FATHER OF SEED
CREATE SPHERE, SO
BE THERE
THOU LUBRICANT THY
SAVIOUR
THOU ARMOUR OFFEND
THY GLORIAS ...
JAVA SELVA OSCURA
NEMA
“INGSUN PAMEGAT
RAHSA
WADAG MARGA
PAMRAGAT MOKSA
WETON DHOMAS
MARDHIKA
RATON HING SABRANG
YASAN DWIPANTARA RING SWASTIKA
SUN WREH MANIKAMAYA
RAT”
REFF*
THOU RULE ON FEVER
THOU EVERLASTING OF
LIFE
FATHER OF SEED ...
CREATE SPHERE, SO
BE THERE
THOU LUBRICANT THY
SAVIOUR
THOU ARMOUR OFFEND
THY GLORIAS ...
JAVA SELVA OSCURA
Amarah
Menyeretmu erat dalam kala, sang waktu.
Dalam kemilau hasarat dan nafsu
Apakah kalian tak mencintai “sang pembebas”?
Ataukah kalian memilih ditenggelamkan dalam dogma dosa?
Oh bisikan yang maha agung
Bukankah engkau telah berjanji untuk bersama
Berbagilah air susu gelimang noktah ini … denganku
Wahai engkau yang menguasai bara
Api dalam nama-Mu yang abadi dan tak berkesudahan
Bapa dari segala mutu manikam benih yang hidup
Terjagalah dan gelorakan demi hyang agung
Wahai engkau yang menguasai bara
Api dalam nama-Mu yang Abadi dan tak berkesudahan
Bapa dari segala mutu manikam benih yang hidup
Terciptalah semesta, dan terjadilah
Bersekutu dalam tubuh dan kekuatan kami untuk sebuah
kemenangan, dan kan kupersembahkan bumi Jawa sebagai tahta-Mu
“Aku-lah pencabut kuasa cipta, rasa dan karsamu
Aku-lah jalan menuju kesempurnaan mati dalam ketiadaan
Aku-lah pembebas nafsu kebendaan kalian”
Reff.
Wahai engkau yang menguasai bara
Api dalam nama-Mu yang Abadi dan tak berkesudahan
Bapa dari segala mutu manikam benih yang hidup
Terciptalah semesta, dan terjadilah
Bersekutu dalam tubuh dan kekuatan kami untuk sebuah
kemenangan, dan kan kupersembahkan bumi Jawa sebagai tahta-Mu
Seperti yang
dicermati pada kutipan bait pertama atau awal terdapat sebuah teks yang
mengungkapkan kata-kata “amarah, menyeretmu erat dalam kala, sang waktu, dalam
kemilau.” Kutipan pada teks ini adalah tafsir ungkapan tentang refleksi
kegusaran emosional akan sebuah pemenuhan hasrat, kehendak untuk menjadikan
sesuatu yang lebih besar dan luas. Dalam hal ini merupakan pengungkapan sebuah
konsep jati diri yang mensyiarkan pada pemenuhan kehendak secara personal
dengan harapan mampu menjadikan sebuah kehendak untuk berkuasa.
Pada bait
selanjutnya terdapat ungkapan kalimat “did thou love the fall,” kata “the fall“
diartikan sebagai “sesuatu” yang turun atau temurun semacam figur kepimpinan
yang datang entah dari mana datangnya.
Bait selanjutnya
terdapat sebuah ungkapan kalimat “berbagilah air susu gelimang noktah” yang
bermakna mada dan pada bait akhir “bersekutu dalam tubuh dan satukan kekuatan
kami untuk sebuah kemenangan” dimaknai sebagai prosesi maithuna.
Pada bait akhir
terdapat sebuah ungkapan kalimat “kan kupersembahkan bumi Jawa sebagai
tahta-Mu”. Dalam hal ini sebuah penegasan atau menegaskan tentang dedikasi dari
seluruh upaya dan prosesi untuk sebuah legitimasi kekuasan.
Penyisipan mantram
dalam karya lagu manikmaya marionette yang mengungkapkan kata-kata
“Aku-lah
pencabut kuasa cipta, rasa dan karsamu, Aku-lah jalan menuju kesempurnaan mati
dalam ketiadaan, Aku-lah pembebas nafsu kebendaan kalian”.
Dalam hal ini
penulis sudah menjelaskan pada pembahasan di atas bahwa mantram sebenarnya
diambil dari hasil jejak rekam dari penuturan personal secara turun temurun
yang dipastikan akan mengalami banyak kendala literasi dari sumbernya atau
bahkan didapati diferensiasi yang sangat mencolok pada bunyi dan penulisannya.
Jika mengacu kepada tafsiran bebasnya, ini lebih kepada ungkapan memotivasi
diri atau litany terapis untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
“Menurut pencipta,
dalam memaknai mantram yang digunakan dalam penyisipan teks manikamaya
marionette benang merahnya masih mengacu kepada penguatan tema besar yakni
apresiasi upacara Makam Pancaka.”
Kebanyakan dari
lagu-lagu band makam mempunyai makna atau arti membawa pesan moral itu menurut
pandangan orang awam. Karena sebenarnya aksi band makam ini adalah sebuah
propaganda yang menyuarakan paganisme, pesan moral, cinta terhadap lingkungan,
dan spiritualitas lebih dimuliakan, mengecilkan arti sebuah religiusitas yang
menurut senimannya itu sangat lemah yang artinya setiap orang mencapai titik
level yang mereka inginkan, mereka kemudian akan lupa dengan hal tentang kepedulian
akan lingkungan itu pesan-pesan propaganda yang akhir-akhir ini band makam
keluarkan.
Di Tulis oleh Ilham Reski Satriawan
Ilustrasi gambar mbah Google.com
Komentar
Posting Komentar
komennya ya Gan